LAPORAN PRATIKUM
“CARA MENGUKUR PANJANG FOETUS”
Kelompok I
AHLUL KARMI
ANNA FARIDA
CUT ERIKA
DEBY NOVITA
NELLY KARTIKA
PUTRI DEWI
RAMA JUWITA FITRI
TRIMARSIDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan paratikum "CARA MENGUKUR PANJANG FOETUS" tanpa ada halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam Penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
1. Drh. Dian masyitah,M.P sebagai kepala laboratorium embriologi
2. Awaluddin sebagia coordinator asisten laboratorium embriologi
3. Ira khubaira sebagai asisten laboratorium embriologi
4. Teman-teman yng telah berpatisiasi dalam prtaikum embriologi
Penulis sadar laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis berharap kritik dan saran semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca pada umumnya.
Banda Aceh, 19 Mei 2013
Penulis
Embrio dan foetus berkembang mengikuti suatu pola tertentu. Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan berbagai system organ. Pada berbagai ternak memiliki perkiraan umur yang berbeda-beda.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan
dan perkembangan individu baru selama kebuntingan merupakan hasil dari
perbanyakan jumlah sel, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel.
Peristiwa tadi mempengaruhi perubahan-perubahan tertentu, beberapa di antaranya
merupakan ciri dari tahap perkembangannya. Meskipun perkembangan anak dalam
kandungan berlangsung terus menerus, namun kebuntingan
kadang-kadang dinyatakan terdiri dari 3 tahap yaitu periode ovum, periode
embrio dan periode fetus.
Berdasarkan uraian diatas, sebagai mahasiswa harus
memahami benar tentang metode pengukuran panjang
foetus untuk mengetahui umur dari masing-masing tenak . Dalam makalah ini akan dibahas mengenai foetus, fase foetus dan metode
pengukuran umur foetus.
1.2
Tujuan
1.
Bagaimana
tahap pertumbuhan foetus?
2.
Bagaimana
cara menentukan umur foetus pada
berbagai hewan ternak?
3.
Metode apa
yang digunakan untuk menentukan umur foetus?
1.3 Manfaat
Mahasiswa
mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Foetus adalah mamalia yang berkembang setelah fase embrio dan
sebelum kelahiran Dalam bahasa latin,
fetus secara harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda,
mengandung". (anonimus.2011)
Fetus adalah hasil akhir dari suatu
proses diferensiasi secara teratur yangmerubah zigot bersel 1 menjadi suatu
reflikasi dari jenis hewan yangbersangkutan. Selama permulaan cleavage pada suatu sel telur yang
telah dibuahi,ukuran sel tersebut berkurang secara progresif dengan sedikit
perubahan bentuk.Selama akhir perkembangan embrional ukuran sel tidak merubah
secara nyatasedangkan jumlah sel bertambah (Feradis, 2010).
Periode
ini di mulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam,terbentuknya
ekstremitas, hingga lahir. Pada sapi periode ini terjadi pada hari ke45 dan selama
periode ini terjadi perubahan dan diferensiasi organ, jaringan, dansistem tubuh
(Toelihere, 1979).
Pertumbuhan
prenatalis pada sapi dimulai sejak terjadinya konsepsi yakni saat pertemuan sel
telur betina dengan sel jantan, bersatunya sel jantan dan sel telur tadi
mengasilkan calon individu baru di dalam kandungan yang disebut embrio atau
foetus. Pada awal kebuntingan pertumbuhan foetus berjalan sangat lambat,
sedangkan pada akhir kebuntingan pertumbuhan berlangsung sangat cepat. Foetus,
hampir 2/3 bagian bagian pertumbuhan hanya berlangsung 1/3 dari dari seluruh
waktu yang digunakan dalam kandungan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Periode
kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran
individu dan pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum,
embrio dan foetus. Periode ovum atau blastula berlangsung 10 – 12 hari, selak
waktu pembuahan yang biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai
pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode embrio/foetus atau
organogenesis berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan. (Barnes, Waikel
Villee. 1984)
Selama
periode ini, organ dan system utama tubuh berbentuk dan terjadi perubahan-
perubahan dalam bentuk tubuh sehingga pada akhir periode ini spesies
embrio/foetus tersebur dapat dikenal. (Anonim. 2006)
Periode
foetus dan pertumbuhan foetus berlangsung dari hari ke-45 masa kebuntingan
sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan- perubahan kecil dalam
diferensiasi organ, temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan
pematangan individu antenatal. Selama periode ini caruncel dan cotyledon
berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat
foetus dari hari ke-120 sampai hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari
pada pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa
kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi
tulang dimulai, dan perubahan- perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran
kaki. (Patten, M. Bradley. 1964)
Pada
masa akhir kebuntingan anak ternak yang normal telah berkembang sedemikian rupa
sehingga ia sanggup hidup di lingkungan cairan dan saluran pencernaan serta
saluran pernafasannya siap untuk mulai fungsi dan tanggung jawabnya.
BAB III
METODE
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Baki alumunium
2. Penggaris
3. Pinset
4. Foetus sapi atau kambing yang telah diawetkan
3.2 Cara Kerja
1.
Foetus yang telah disediakan dikeluarkan dari dalam
stoples dan diletakkan di atas baki alumunium
2.
Dilakukan pengukuran dengan cara CC-R dan SC-R
3.
Pengukuran CC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh
foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk kurva sampai forehead
4.
Pengukuran SC-R dilakukan dengan cara mengukur
panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai
forehead. Cara ini yang sering digunakan
5.
Catat hasil pengukuran
BAB IV
Metode
|
Umur
Hari
|
Bobot-badan
(kg)
|
Panjang
(cm)
|
Panjang
|
Ratio
|
|
Ratio
|
|
|
||||||||
|
||||||||
C-C-R
|
180
|
5kg-8kg
|
62
|
14,5 47,5
|
14,5:47,5
|
30 32
|
15:16
|
|
S-C-R
|
180
|
5kg-8kg
|
48
|
19 29
|
19:29
|
27 29
|
27:27
|
4.2 PEMBAHASAN
Kebuntingan
berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan
betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi),
dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini
mencakup fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau
implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus
(Frandson, 1992).
Yang dimaksud periode ovum adalah ovum yang
diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari sejak fertilisasi, implantasi
sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode embrio;
sedangkan Seluruh penghidupan makhluk
baru dalam uterus disebut periode embrio (Partodihardjo, 1982).
Keadaan Karakteristik foetus
(bovine)
Dalam Masa Kandungan
UMUR (BULAN)
|
PANJANG FOETUS (cm)
|
BERAT (g)
|
SIFAT FETAI/PLASENTA
|
1
|
0,8-1
|
0,3-0,5
|
Pucuk kepala dan kaki jelas, plasenta belem bertaut
|
2
|
6-8
|
10-30
|
Pucuk teracak, skrotum kecil, plasenta terpaut
|
3
|
13-17
|
200-400
|
Rambut pada vivir, dagu, dan kelopak mata, skrotum pada jantan
|
4
|
27-32
|
1000-2000
|
Teracak, berkembang warna kuning, ada legok bakal tanduk
|
5
|
30-45
|
3000-4000
|
Rambut pada alis, bibir, testes dalam skrotum, puting susu
|
6
|
40-60
|
5000-10000
|
Rambut dibagian dalam telinga, sekeliling legok tanduk, ujung ekor, dan moncong
|
7
|
55-25
|
8000-18000
|
Rambut pada meta tarsal, meta carpal phalanx dan punggung, rambut panjang pada ekor
|
8
|
75-85
|
15000-25000
|
Rambut pendek, halus diseluruh tubuh
|
9
|
20-100
|
20000-50000
|
Foetus yang
banyak pada jenis hewan monotokus mempunyai masa kebuntingan yang lebih
singkat. Anak sapi kembar berada dalam kandungan 3-6 hari kurang dari anak sapi
tunggal. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: lingkungan, perpanjangan masa
kebuntingan pada kuda sesudah perkawinan di musim dingin dinyatakan
disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim tidak
mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.
Kelenjar
hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus luteum, plasenta, folikel,
hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin yang lain, misalnya thyroid,
adrenal dan sebagainya.
Amnion adalah selaput yang menylubungi fetus bagian paling
dalam Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio/fetus menjadi kering, mencegah
perlekatan embrio atau foetus terhadap selaput lain, dan sarana pengangkut zat
makanan dan oksigen ke foetus, chorion adalah selaput yang menyelubungi fetus
bagian paling luar, alllantois adalah selaput antaraamnion dan chorion. . Alantois berfungsi sebagai kantung air kencing ekstra emrional dan sarana
penampung sisa hasil metabolisme. Bentuk plasenta induk adalah endometrium
uterus yang dikenal dengan Korunkula, dan bagian plasenta foetus adalah
chorioallantois dikenal dengan kotiledon. (Sumaryadi, 2003)
Menurut
Frandson tahun 1992, uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari
corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Pada uterus sapi
tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena
bagian kaudal dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual. (Toelihere, 1981)
Fase foetus ditentukan mulai dari terbentuknya organogenesis dan
terbentuknya anggota gerak (ekstremitas) sampai foetus lahir. Tingkat perkembangan foetus saat ini telah dapat mengekstraksi zat-zat
makanan dari sistem sirkulasi induk dengan perantara plasenta.
Hasil yang
di dapat setelah melakukan praktikum “ metode pengukuran panjang foetus”
Dengan
metode :
a) Curved
Crown-Rump (CC-R) Yaitu
pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang seluruh tubuh foetus dimulai
dari pangkal ekor berbentuk garis kurva forehead. (cara ini tidak lazim
digunakan).
b) Sraight
Crown-Rump (SC-R) Yaitu
dengan mengukur panjang tbuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis
lurus sampai forehead. (Cara inilah yang sering digunakan).
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Uterus merupakan tempat pertumbuhan
fetus. Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari corpus (badan),
serviks (leher), dan dua tanduk atau cornua.
2.
Foeus yang diukur adalah foetus umur
180 hari, dan berat badan berkisar antara 5kg-8kg.
3.
Dua metode yang digunakan dalam
pengukuran panjang foetus (CC-R) dan SC-R.
DAFTAR
PUSTAKA
Partodihardjo,
Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.
Salisbury,
G. W. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Iseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sumaryadi,
Mas Yedi dkk. 2003. Ilmu Reproduksi
Ternak. Fapet Unsoed. Purwokerto
Toelihere,
Mozes. R. 1977. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung
Tim Pengajar
Embriologi. 2013. Penuntun praktikum histologi.Fakultas
kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar